Kaizen bukanlah kata baru dalam
bahasa Jepang, dan ide perbaikan selalu menjadi hal penting bagi Toyota sejak
masa pendiri, Sakichi Toyoda, dan putranya Kiichiro memulai usaha mereka yang
berhubungan menciptakan mesin tenun yang lebih baik pada awal 1900-an.
Kata Kaizen dalam bahasa Jepang
ditulis dalam 2 huruf yang artinya “berubah” dan “untuk lebih baik”. Sayangnya,
asal-usul istilah tersebut tidak terlalu jelas secara etimologi. Kata Kaizen
berasal dari bahasa China dan dapat dilacak hingga masa kekasaan dinasti Qing
di China dari 1644 hingga 1911. Istilahnya selalu berarti perbaikan, meskpun
tidak digunakan secara persis dengan pengertian khusus yang kita pakai saat ini
dalam lean manufacturing, bisnis,
atau perbaikan proses.
Pada awal abad ke-20, istilah
Kaizen perlahan-lahan mulai muncul dalam karya terbitan Jepang. Namun, kata itu
tidak digunakan secara luas oleh masyarakat umum. Istilah Kaizen terutama
dipakai sebagai istilah teknis dalam buku dan tidak masuk ke ranah percakapan
modern sehari-hari. Sejak kira-kira awal abad ke-20, pergerakan rekayasa
industry di Amerika Serikat dan Negara lain menjadikan metode berbasis
perbaikan sebagai prioritas. Karya Fredrick Taylor, Frank dan Lillian Gilbreth,
serta yang lain dalam bidang tersebut menjadi topik popular.
Secara internal di Toyota,
istilah rasionalisasi sering digunakan untuk perbaikan structural mula-mula
dalam manufaktur. Istilah Kaizen mulai berkembang di perusahaan tersebut pada
1950-an dan 1960-an sebagai bagian pengembangan Toyota Production System secara
terus menerus. Hal tersebut dapat menghasilkan orang-orang yang dapat
menganalisis metode kerja dan membuat perbaikan (misalnya, mengutamakan
kreativitas ketimbang modal) merupakan prioritas besar.
Sumber: “ Toyota Kaizen Methods ” by Isao Kato dan Art
Smalley
Comments
Post a Comment